Bagi banyak orang, Banyumas identik dengan bahasa ngapaknya. Familiar dengan kata “Inyong” yang berarti aku ?, atau “Gagal maning-gagal maning” sebuah ungkapan yang dulu sering kita dengar, diucapkan oleh 2 tuyul jahat yang selalu gagal menangkap ucil. Terlepas dari bahasanya yang ikonik dan terdengar lucu, Banyumas juga terkenal dengan kelezatan kulinernya. Makanan seperti tempe mendoan, sroto sokaraja, atau kripik tempe yang barangkali sudah tidak asing dengan lidah kita, ternyata adalah makanan khas asli Banyumas. Selain itu, Banyumas juga punya beberapa spot wisata alam menarik seperti Batturaden dengan sumber mata air panasnya, serta gunung slamet yang populer dikalangan para pendaki.




Sayangnya, meski disokong dengan beragam potensi dan sumber daya, Banyumas yang kukenal sekarang tak ubahnya seperti Banyumas 10 tahun yang lalu. Seakan jalan ditempat, Banyumas tetap menjadi salah satu kabupaten termiskin di Jawa Tengah. Bahkan menurut Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk miskin di kabupaten Banyumas ditahun 2020 mencapai 13,26% atau sebanyak 225.000 orang. Parahnya lagi, masih ada sekitar 6,83% atau setara dengan 116.330 jiwa yang masuk dalam kategori kemiskinan ekstrim. Sebagai gambaran, mereka yang masuk dalam kategori ini adalah orang-orang yang memiliki tingkat penghasilan dibawah $1,25/hari.


Selain tingginya tingkat pengangguran, banyaknya masyarakat usia non produktif yang tinggal di desa-desa ditengarai menjadi penyebab kemiskinan ekstim di Kabupaten Banyumas. Kondisi ini seakan diperburuk dengan adanya pandemi COVID yang tak kunjung usai. Tercatat ada penambahan 14.000 penduduk miskin baru yang muncul akibat pandemi ini. Berbagai upaya telah dilakukakan pemerintah untuk menanggulangi masalah kemiskinan, seperti pemberian BLT (bantuan langsung tunai), bantuan sosial, termasuk juga pembagian sembako murah. Selain itu, pemkab juga mengalokasikan anggaran untuk pelatihan softskill bagi desa-desa terpilih dengan harapan agar masyarakat punya sedikit keterampilan, serta dapat mengembangkannya menjadi usaha mandiri yang menguntungkan.




Desaku sendiri terpilih menjadi salah satu desa yang mendapat pelatihan gratis dari pemerintah. Kebetulan, jenis pelatihan yang diberikan adalah pembuatan  kerajinan tangan berbasis bambu dan lidi. Hal ini tidak terlepas dari banyaknya sumber daya berupa pohon kelapa dan bambu yang banyak ditanam di daerah tempat tinggalku. Berdasarkan cerita kakak perempuanku yang telah mengikuti program itu, Ia mengatakan bahwa program itu sebenarnya memberi banyak sekali manfaat, terutama untuk para Ibu rumah tangga (IRT) yang mengikutinya. Selain dapat mengisi waktu luang, produk kerajinan yang umumnya berupa perabot rumah tangga, sepeti piring dan keranjang, nantinya dapat dipakai sendiri atau dijual guna menambah pendapatan keluarga.



Namun sayangnya, “pelatihan” itu hanya sebatas program yang ketika usai, ya sudah! Seolah-olah tugas pemerintah hanya sekedar memberi keterampilan dasar saja, jarang ada kelanjutannya. Melihat situasi yang ada, timbul keinginanku untuk turut membantu dalam bentuk ide dan pemikiran guna menyelesaikan permasalahan itu. Aku berfikir agar bagaimana pelatihan yang kakakku dan Ibu-ibu desa lakukan, dapat diarahkan menjadi peluang bisnis yang menguntungkan, dan mampu meningkatkan pendapatan ekonomi mereka.


Berbekal bantuan ASUS ExpertBook B5 series, aku mulai mencari informasi di internet tentang bagaimana strategi bisnis yang cocok dan dapat diterapkan untuk membantu mengembangkan usaha kerajinan tangan itu.


Langkah pertama yang dianjurkan adalah dengan menentukan siapa yang menjadi taget pasar. Penentuan ini penting agar nantinya, produk yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan dan selera calon pembeli. Dalam tahap ini, aku mengambil teladan dari apa yang ada, persis di depan mata. Tak lain dan tak bukan adalah ASUS ExpertBook B5 series, dari namanya saja, kita sudah paham bahwa produk ini punya segmentasi pasar yang jelas, yaitu menyasar kalangan pebisnis professional. Maka dari itu, tak mengherankan jika laptop ini sengaja di desain dengan bobot yang ringan, agar para pebisnis dapat dengan mudah membawanya, kemanapun mereka bekerja.



Terinspirasi hal itu, aku mencoba untuk mengerucutkan siapa saja yang sekiranya dapat dijadikan sebagai sasaran utama untuk produk kerajinan tangan itu. Setelah berfikir dengan cukup keras, Aku lantas mengusulkan 3 nama yang dinilai cukup prospektif. Sasaran pertama tentu saja Ibu-Ibu, alasannya jelas, karena produk yang dihasilkan sebagian besar berupa perabot rumah tangga. Sasaran kedua adalah mereka para pemilik usaha kuliner yang ingin menyajikan dagangannya dalam wadah yang unik. Sasaran terakhir yaitu dengan menjualnya sebagai bingkisan / souvenir untuk para turis


Kelar menentukan target pasar, langkah selanjutnya adalah dengan membuat diferensiasi produk. Tujuannya agar produk kerajinan tangan yang dihasilkan terkesan unik dan menarik dimata calon pembeli. Sekilas ngomongin diferensiasi produk, ASUS ExpertBook B5 series, sejatinya dapat menjadi panutan, akan bagaimana sebuah laptop bisnis di-branding dengan “gaya” beda dari kompetitor lainnya. Mengusung dua type form factor berbeda yaitu clamshell dan convertible, membuat laptop ini terihat sangat mempesona. Selain itu, ASUS ExpertBook B5 series juga hadir dengan build quality tergolong prima karena terbuat dari bahan magnesium-aluminiun alloy pada body-nya, serta telah lulus sertifikasi MIL-STD 810H, yang artinya laptop ini tetap aman digunakan bahkan dalam kondisi ekstrim sekalipun.



Okay sampai disini, aku lantas berfikir, ternyata diferensiasi produk bisa dicoba dengan bermacam cara, misalnya melalui variasi bentuk, bahan, warna, bahkan fungsi, seperti yang telah ASUS hadirkan di ExpertBook B5 Seris-nya. Berbekal informasi ini, aku pun memanfaatkan ASUS ExpertBook B5 series untuk mencari referensi terkait rupa bentuk kerajinan tangan yang menarik dan mudah diproduksi. Melalui teknologi Layar OLED yang tersertifikasi VESA DisplayHDR True Black, aku dapat menunjukan gambar detail produk sekaligus tutorial cara pembuatannya sampai mereka bisa. Beruntung, kehadiran fitur Eye Care serta sertifikasi TÃœV Rheinland membuatku tak perlu was-was akan kesehatan mata ibu-ibu nantinya, meskipun mereka harus menatap layar laptop dalam jangka waktu lama.


Selanjutnya, manakala produk kerajinan tangan telah sukses di produksi, maka diperlukan pemasaran untuk memasarkan produk kepada para pembeli. Pemasaran dapat dilakukan dengan dua metode yaitu offline dan online. Pemasaran offline dapat dilakukan dengan cara menjual kerajinan tangan secara langsung, bisa dengan membuka toko fisik, mengikuti bazar atau pameran umkm, bahkan dapat pula dengan meminta bantuan pada paguyuban Asosiasi Pengusaha Mikro Kecil dan Menengah (Aspikmas) Banyumas yang belum lama ini terbentuk. Namun mengingat kondisi pandemi dan pembatasan sosial yang masih berlaku dibeberapa tempat, maka untuk menjangkau pasar yang lebih luas, diperlukan juga pemasaran secara online.


ASUS ExpertBook B5 series dapat berperan sebagai kunci dalam pemasaran produk kerajinan tangan secara online. Laptop bisnis ASUS ExpertBook B5 sudah diperkuat oleh prosesor Intel® Core™ generasi ke-11 terbaru dan juga Intel® Iris® Xᵉ graphics, memungkinkan laptop ini dipakai untuk membuat media iklan dan promosi, tanpa perlu khawatir “laptop bisnis” ini akan lemot atau hang. Konektivitas lengkap yang dimiliki, seperti wifi generasi 6, membuat laptop ini dapat dipakai untuk mengakses situs marketplace ataupun social media, secara cepat dan stabil. Asiknya lagi, laptop ini juga punya daya tahan baterai yang lama hingga 14 jam, sehingga dapat dibawa kemanapun tanpa perlu khawatir baterai cepat habis. Kapasitas baterai yang besar membuat laptop ini juga dapat difungsikan sebagai powerbank, jadi tinggal colok ke port USB C, semua gadget seperti handphone atau tablet langsung bisa dicas.



Oiya… kehadiran webcam dan Ai-noise cancelling juga dapat diandalkan untuk membantu promosi produk kerajinan kepada konsumen secara lebih interaktif. Misalnya dengan melakukan sesi live di media sosial, atau membuka kelas pelatihan online, tanpa khawatir akan kualitas gambar dan suara yang dihasilkan, mengingat teknologi Ai-noise cancelling yang disematkan dapat bekerja dua arah, baik untuk pengguna ASUS ExpertBook B5 series maupun lawan bicaranya.


ASUS ExpertBook B5 series juga dilengkapi dengan kehadiran fitur pengaman seperti fingerprint yang terpasang di sisi kiri body. Sehingga, laptop dapat dipakai untuk me-manage “lapak” dagangan, juga pekerjaan-pekerjan lain terkait keuangan seperti menghitung besar biaya dan pendapatan, tanpa perlu khawatir dengan kemanannya. Harapannya, agar diakhir bulan penjualan, besar keuntungan yang telah dihitung pun bisa langsung dibagiakan secara merata untuk para ibu-ibu pengrajin yang ambil bagian didalamnya. 

Itulah bagamana pemikiranku dalam memanfaatkan ASUS ExpertBook B5 sebagai laptop Bisnis untuk membantu mengembangkan usaha kerajinan tangan yang ada di desaku.

Tulisan ini diikutkan pada ASUS ExpertBook B5 Writing Competition yang diselenggarakan oleh ASUS Indonesia bersama Techijau.

***

Untuk mengetahui tentang spesifikasi lengkap

ASUS ExpertBook B5 :

https://www.asus.com/id/Laptops/For-Work/ExpertBook/ExpertBook-B5-B5302C-11th-Gen-Intel

 ASUS ExpertBook B5 flip:  

https://www.asus.com/id/Laptops/For-Work/ExpertBook/ExpertBook-B5-Flip-B5302F-11th-Gen-Intel/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar