Kerusakan lingkungan
Pertambahan penduduk yang terus terjadi setiap tahunnya dapat mengakibatkan kelebihan atau over population yang secara tidak langsung menyebabkan penurunan daya dukung lingkungan sehingga tidak lagi mampu memainkan perannya sebagai penyuplai kebutuhan manusia sekaligus habitat hidup bagi tumbuhan dan satwa di dalamnya. Pengeksploitasian sumber daya lingkungan yang berlebihan sebagai konsekuensi atas tingginya aktivitas manusia dan kebutahan akan lahan terbangun seperti pemukiman atau industri telah menimbulkan bermacam kerusakan baik di tanah, air maupun udara. Jika terus dibiarkan, bukan tidak mungkin kerusakan lingkungan pada akhirnya akan menjadi bumerang bagi keberlangsungan hidup umat manusia sendiri.

Banjir bandang di musim penghujan
           Kebutuhan lahan baik untuk pemukiman atau industri lebih banyak didapati di daerah perkotaan. Urbanisasi besar-besaran yang tidak dibarengi oleh kesiapan pemerintah kota dalam menyediakan lapangan pekerjaan memadai ditengarai menjadi salah satu alasan logis munculnya berbagai masalah baik sosial maupun lingkungan dalam kota. Masalah sosial seperti pengangguran, kemiskinan dan kriminalitas seakan menjadi daftar wajib yang harus dicari solusinya. Begitupula masalah lingkungan kali ini menjadi sorotan utama dalam tulisan. Menilik pada kota besar seperti Jakarta, penurunan kualitas lingkungan hidup karena kepadatan penduduk dapat terlihat dengan jelas. Salah satu contohnya adalah pemukiman kumuh yang tersebar hampir diseluruh penjuru kota. Bedeng-bedeng kayu dan seng banyak berjejer di sepanjang aliran sungai. Kondisi ini selain memangkas jalur hijau juga dapat mengganggu keseimbangan ekosistem disekitar daerah riparian sungai. Satwa yang sedianya dapat memanfaatkan pepohonan sebagai habitat hidup tidak bisa lagi mendiami tempat itu. Begitu pula kondisi air sungai yang sudah pasti akan tercemari oleh limbah buangan rumah tangga yang akhirnya dapat menimbulkan kematian hewan air seperti ikan, udang dan lainnya. Jika salah satu komponen baik hewan maupun tumbuhan pada rantai makanan tidak dapat survive, otomatis keberlangsungan semua makhluk hidup didalamnya akan terancam. Selain rantai makanan, siklus hara dalam tanah pun juga akan terganggu, daun atau ranting pepohonan yang sedianya dapat menjadi humus sudah tidak ada lagi. Mikroorganisme tanah yang berperan dalam menjaga aerasi tanah pun menjadi sedikit. Begitu musim penghujan tiba, tidak ada lagi tanaman dan tanah-tanah berongga yang mampu menyerap kelebihan air. Akibatnya banjir bandang pun melanda, menggenangi kota, merusak rumah dan berbagai fasilitas umum, merenggut banyak korban jiwa, serta menimbulkan banyak kerugian materi.

Polusi udara oleh kendaraan
            Sama halnya seperti tanah dan air yang terkena imbas dalam usaha manusia untuk memenuhi kebutuhannya, udara pun juga mengalami hal serupa meskipun lebih sering disebabkan oleh aktivitas manusia. Maraknya penggunaan moda transportasi kendaraan pribadi dalam keseharian semua kalangan masyarakat dapat mengakibatkan naiknya kadar polusi udara. Belum lagi dampak lain seperti kemacetan yang kerap mengular yang berimbas pada borosnya penggunaan bahan bakar fosil. Jika ditelaah lagi, kondisi kualitas udara yang buruk ditambah minimnya ruang terbuka hijau sebagai filter polutaan membuat udara kota rawan bagi kesehatan. Sehingga tak jarang jika banyak penduduk kota yang menderita gangguan pernapasan seperti ISPA, batuk, flu dan sebagainya. Jika kondisi seperti ini dibiarkan, tentu akan sangat merugikan dan menghambat aktivitas. Solusi yang dapat ditawarkan untuk beberapa masalah diatas diantaranya:

Rumah susun di perkotaan
1. Pemerintah kota wajib membatasi pendatang yang ingin mengadu nasib kekota,
2. Menerapkan kebijakan rumah susun sebagai jawaban atas kebutuhan rumah tinggal ditengah keterbatasan lahan,
3. Mengembalikan fungsi daerah riparian sungai dan RTH sebagaimana fungsinya agar kualitas lingkungan hidup terjaga,
4. Membatasi kepemilikan kendaraan bermotor berikut penggunaannya,
5. Menggalakan program naik transportasi umum bagi warga kota tanpa pengecualian.

Pembukaan lahan untuk perkebunan
Kerusakan lingkungan akibat pertambahan penduduk tidak hanya terjadi di kota saja. Meningkatnya kebutuhan masayarakat akan barang-barang baik yang sifatnya konsumtif seperti minyak (kopra dan sawit), bahan bakar, maupun barang-barang tersier seperti perhiasan emas dan sebagainya memaksa para pelaku industri untuk membuka lahan didaerah baru yang biasanya berupa hutan untuk dijadikan perkebunan sawit atau area galian tambang. Kondisi ini sering memaksa penduduk untuk bertransmigrasi dan bekerja di berbagai perkebuanan atau pertambangan tersebut. Jika ada pepatah yang mengatakan “dimana ada aktivitas manusia disitu pasti ada kerusakan lingkungan”, kenyataannya memang demikian. Aksi pembalakan dan pembukaan lahan besar-besaran mengakibatkan hutan rusak dan biodiveritas menurun, banyak spesies yang mati dan terancam punah. Pencemaran oleh limbah tambang dan limbah pestisida perkebunan juga turut memperburuk kondisi lingkungan yang ada. Sekali lagi, alam mengalah, membiarkan dirinya rusak agar kebutuhan manusia dapat lengkap terpenuhi. 

Senyum masa depan, senyum kesejahteraan
Mengatasi masalah ini, kita sebagai manusia harus dapat mawas diri dan bijak dalam menggunakan barang-barang hasil produksi tersebut agar tidak terlalu konsumtif. Selain itu, dalam mengupayakan suatu usaha, para pelaku industri sebaiknya memberi timbal balik yang sepadan pada lingkungan. Contohnya dapat melalui reboisasi untuk mengganti hutan yang gundul, dan sebagainya. Semoga dengan semakin banyaknya masalah di hari ini, akan menjadikan manusia Indonesia semakin dewasa di hari esok, sehingga mereka dapat belajar dari keslahan-kesalahan yang ada demi tercapainya senyum kesejahteraan masyarakat dan keberlangsungan lingkungan dimasa mendatang.

Sumber gambar (urut dari atas ke bawah) : 1 2 3 4 5 6
Tulisan diikutkan pada lomba blog kependudukan, informasi : 

         

1 komentar:

  1. segalanya kembali kepada kualitas manusia yang tinggal di tempat itu sendiri. pemukiman kumuh yang dibangun sembarangan di pinggiran sungai mungkin hanya di jumpai di negara berkembang dengan penduduk berpendidikan masih rendah seperti di indonesia, india atau filipina. banyak kota besar di negara negara maju berpenduduk padat yang masih bisa diatur dengan baik da tetap menjaga keseimbangan ekosistem. singapura dengan wilayah hanya sebesar kota jakarta dengan kepadatan penduduk tinggi masih bisa diatur agar tertata rapi karena umumya warganya mengenyam pendidikan tinggi, juga hukum yang ditegakan dengan benar oleh aparat dan di taati oleh penduduknya sehingga menciptakan ketertiban da keseimbangan lingkungan sehingga warga singapura memiliki kualitas hidup yang jauh lebih tinggi dari indonesia

    BalasHapus