Depok Lama

OLEH ARI BUDIYANTO

Sekilas jika dilihat, Kota Depok saat ini tak ubahnya seperti kota-kota besar lain di Indonesia yang terus tumbuh dan berkembang di setiap sektornya, baik ekonomi pembangunan, sosial, maupun budayanya. Bagi orang awam, jalan-jalan di pusat Kota Depok mungkin hanya sebatas berbelanja di Detos (Depok Town Square), ITC, atau ke Margo City, yang sudah sangat familiar dan menjadi image tersendiri bagi kota itu. Namun, tidak banyak yang tahu bahwa tepat di bagian tengah Kota Depok, masih berdiri kokoh bangunan-bangunan tua peninggalan Belanda seperti rumah tinggal berarsitektur kolonial, gereja protestan tua, pemakaman, hingga jembatan. Bangunan tersebut menjadi saksi bagaimana perjalanan Kota Depok yang sedianya telah menginjak usia ke 300 tahun jika merujuk pada perayaan keagamaan Jemaat Masehi Depok oleh orang-orang asli Depok.

Bangunan-bangunan peninggalan sejarah di Depok Lama tersebar dua kelurahan yaitu kelurahan Depok dan Pancoran Mas, namun mayoritas berada di sekitar Jalan di Kelurahan Depok Jalan Pemuda atau dahulu disebut Jalan Gereja (Kerk Straat) merupakan salah satu jalan tua dengan aura kolonial yang masih cukup terasa dan menjadi area perlintasan utama penghubung antar rumah-rumah warga di Depok Lama. Selain itu, bangunan-bangunan tua juga banyak ditemui di Jalan Kamboja, Jalan Flamboyan, Jalan Melati, dan Jalan Kenanga. Keberadaan rumah tinggal tua cenderung berdekatan sangat mencirikan bahwa daerah Depok Lama merupakan “core” dari sejarah Depok tempo dulu.

Aksesbilitas
Mengunjungi Depok Lama akan lebih mudah dengan menggunakan angkutan masal terintegrasi seperti KRL Commuter Line yang datang dari arah Jakarta ataupun Bogor dan kemudian berhenti di Stasiun Depok. Jarak stasiun yang cukup dekat memungkinkan kita untuk berjalan kaki ketika mengunjungi Depok Lama. Bila tidak suka berjalan kaki, anda dapat menggunakan angkutan kota bernomor 02, 04 atau 06 yang melintasi Depok Lama dan tarifnya pun cukup murah, berkisar Rp.3000 saja. Selain itu, bagi anda yang ingin mengunjungi Depok Lama dengan menggunakan kendaraan pribadi dapat melalui Jalan Raya Bogor yang jaraknya kurang lebih 1.5km di sebelah timur Depok Lama.

Cornelis Chasetelein dan Belanda Depok
Berbicara mengenai Depok Lama tentu tidak dapat dipisahkan dari sosok Cornelis Chastelein yang dianggap sebagai pendiri Kota Depok. Chastelein merupakan salah satu pejabat di lingkungan VOC (Verenigde Oost Indische Compagnie) atau Persekutuan Dagang Hindia Timur. Oleh karena adanya pergantian pemimpin di tubuh VOC, serta pergeseran tujuan dari yang awalnya berdagang kemudian menjadi menjajah, hal ini membuat Chastelein yang idealis memutuskan untuk pergi dari VOC dan memulai usahanya sendiri dengan membuka lahan pertanian di Weltreveden (Jakarta) hingga ke Depok.

Cornelis Chastelein dan para budaknya

Chastelein mendatangkan budak-budak dari jawa, bali, dan sulawesi untuk mengolah tanah pertaniannya di Depok. Budak-budak itulah yang selanjutnya disebut sebagai Belanda Depok dan kelak menjadi ahli waris bagi tanah Depok. Penyebutan Belanda Depok bukan tanpa sebab, mereka dipanggil demikian dikarenakan dalam kehidupan sehari-harinya bertingkah bak orang Belanda, salah satunya adalah berbicara dengan bahasa Belanda. Sampai saat ini, keturunan Belanda Depok masih banyak dijumpai di Depok Lama, namun jangan kaget jika nantinya yang anda temukan adalah orang-orang pribumi asli namun dengan nama kebarat-baratan (nama marga) seperti : Leander, Jonathans, Bacas, Isakh, Tholense, Soedira, Loen, Zadokh, Laurentz, Jacob, Samuel, Joseph.

Belanda Depok


Rumah Tua Bergaya Kolonial
Rumah tua bergaya kolonial merupakan tipe mayoritas peninggalan sejarah di Depok Lama. Rumah tinggal yang ada umumnya dalam kondisi asli dan terawat. Hal ini dapat telihat dari fasad bangunan yang masih mencirikan arsitektur khas kolonial seperti tembok yang menjulang tinggi, pintu-pintu berdaun lebar, jendela berjalusi, atap rumah yang berbentuk limasan, dan adanya tiang-tiang penyangga kokoh di teras bagian depan. Rumah tinggal ini sebagian besar masih ditempati oleh keturunan Belanda Depok, namun ada pula yang sudah dijual kepada orang lain. Di beberapa titik, terdapat juga rumah tinggal yang sudah tak berpenghuni dan kondisinya sebagian telah rusak.




Beberapa rumah tua di Depok Lama

Salah satu rumah tua yang cukup familiar dan wajib dikunjungi ketika berada di Depok Lama adalah Rumah Presiden Depok. “Eh tunggu dulu, presiden ?,” Iya benar presiden, jangan salah dahulu di masa tanah partikelir Depok, Depok pernah di pimpin oleh seorang presi
den dengan masa jabatan 2 tahun. Presiden ini merupakan orang pilihan dari keluarga asli oranng Depok dan biasanya merupakan orang yang dituakan. Rumah presiden Depok ini terletak di Jalan Pemuda No 7. Rumah bercat putih itu terlihat terawat dan rapi. Selain itu, rumah lain yang cukup familiar adalah rumah di jalan pemuda no 52 yang sering dipakai sebagai lokasi shooting FTV, dan rumah yang kini dipakai sebagai Gedung YLCC (Yayasan Lembaga Cornelis Chastelein). Satu kesan yang saya dapatkan ketika berkunjung ke Depok Lama adalah suasana rumah yang cenderung sepi dan jarang sekali terlihat aktivitas dari pemilik di luar rumah.


Rumah Presiden Depok

Rumah bergaya kolonial di Jalan Pemuda No 52


Gereja
Kecintaan sang pendiri Depok pada agama yang dianutnya ternyata diwariskan kepada orang-orang asli Depok. Mayoritas warga di Depok Lama merupakan masyarakat protestan yang taat, hal ini tercermin dari banyaknya bangunan gereja-gereja tua yang berdiri kokoh di jalan-jalan lama. Salah satunya adalah gereja tertua di Kota Depok, yaitu Gereja Immanuel. Gereja ini dibangun pada abad ke 18 dengan material awal masih menggunakan bambu dan beratapkan daun rumbia. Namun ketika terjadi bencana di tahun yang membuat gereja roboh, dilakukan perbaikan dengan mengganti material menjadi batu. Sampai saat ini, kesan kolonial bangunan masih dapat dinikmati terutama dari tampilan muka bangunan yang banyak dihiasi jendela berkaca patri yang menampilkan beragam motif seperti bunga. Gereja Immanuel merupakan simbol pemersatu masyarakat asli Depok khususnya dan masyarakat protestan depok pada umumnya. Berbagai perayaan keagaamaan seperti misa natal rutin diadakan di gereja ini.

Gereja Immanuel Depok

Pemakaman dan Jembatan Panus
Kesan kuno dan mistis langsung menyeruak ketika menginjakan kaki di kompleks pemakaman tua kamboja. Deretan batu nisan dengan berbagai ukuran berjejer rapi dan beberapa diantaranya menyimpan nama tokoh terkenal berkebangsaan belanda seperti pastur dan istrinya. Pemakaman ini memiliki satu keunikan yang membuatnya berbeda dengan pemakaman lainnya. Yaitu, penggunaan satu lubang makam yang dapat terisi lebih dari satu peti mati yang sering disebut Tombe.

Makam tua dengan tombe

Tak jauh dari pemakaman kamboja, terdapat peninggalan sejarah lain berupa Jembatan Panus. Nama panus diambil dari Stefanus Leander yaitu orang yang dulunya tinggal di sekitar jembatan tersebut. Bangunan jembatan masih terlihat kokoh, namun mobilitas penghubung utama antara Depok dan Bogor telah dialihkan ke jembatan baru disebelahnya, sehingga praktis keberadaan jembatan panus lama saat ini hanya difungsikan sebagai jembatan penghubung antar kelurahan di depok lama.

Jembatan Panus


Stasiun Kereta dan Tahura Depok
Berjalan ke arah barat Depok Lama, terdapat sebuah stasiun yang telah menjadi saksi bagaimana sejarah perjalanan perkeretaapian di indonesia. Ya, stasiun Depok namanya. Stasiun ini merupkan stasiun penghubung yang terletak diantara Buitenzorg (Bogor) dan Batavia (Jakarta). Hal ini tidak mengherankan karena lokasi depok yang tepat diantara keduanya. Tak jauh dari stasiun depok, menyusuri gang-gang sempit ditengah pemukiman padat penduduk, masih tersisa ruang terbuka hijau yang cukup luas, dan siapa sangka bahawa dulunya, tahura depok merupakan cagar alam pertama yang di dirikan pada masa Hindia Belanda. Meskipun saat ini luasan tahura telah menyusut, dan banyak flora dan fauna yang telah punah, namun keberadaannya wajib untuk dijaga dan dilestariakan karena bagi mereka yang tinggal di Kota besar, tahura merupakan oase penyejuk yang tak ternilai harganya.

Stasiun Depok

Tahura Depok

Legenda dan Mitos

Tak berbeda dengan kultur budaya jawa yang cukup familiar dengan beragam kisah baik legenda ataupun mitos, di Depok Lama juga serupa. Beberapa yang sudah tidak asing dan menjadi urban legend bagi masyarakat setempat diantaranya mengenai mitos oppa jan leander. Sesosok hantu dengan perawakan thitam dan tinggi besar yang kerap terlihat menjelang malam hari. Adapula hantu oppa stefanus yang akan terlihat bersama istri dan anjingnya di sekitar Jembatan Panus. Beberapa orang mengaku pernah melihat namun bukannya menjadi kengerian malah semakin menjadi daya tarik, teruntuk mereka yang menyukai wisata mistis.

Melihat begitu banyaknya hal-hal menarik di Depok Lama, tidak ada salahnya bukan jika kita sempatkan waktu sejenak untuk berkunjung ke daerah ini. Melihat dan belajar langsung tentang sejarah kota Depok tempo dulu, selain menambah wawasan dan pengetahuan juga dapat meningkatkan kesadaran kita akan pentingnya pelestarian bangunan-bangunan bersejarah. Bukankah bung karno dulu pernah berpesan agar jangan sekali-kali melupakan sejarah. Selamat berkunjung ke Depok Lama.

Tulisan ini merupakan ringkasan dari penelitian yang telah saya lakukan ( http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/73050)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar