Review Purple Hearts

Purple Hearts merupakan film netflix yang baru saja rilis diakhir bulan lalu, jadi tergolong masih sangat fresh. Sejujurnya, pas nonton film ini aku gak punya ekspektasi sama sekali kalau film ini bakalan bagus atau gimana. Soalnya boleh dibilang, aku tipikal orang yang suka "judge book based on its cover", untuk kasus film, aku selalu liat dulu baik cover (poster) film maupun trailernya. Kalau dirasa menarik, kemungkinan bakal aku tonton. Walaupun tekadang, aku juga nonton film yang "ala kadarnya" juga sih, terlebih kalau lagi gak ada ide mau nonton apa.

Film Purple Hearts boleh dibilang punya ide cerita yang lumayan menarik. Bahkan, aku sendiri yang notabene non Amerika jadi kepo "Purple Hearts" itu apa sih maksudnya ? Setelah googling sana-sini, ternyata Purple Hearts itu semacam lencana kehormatan atau award yang dikasih sama militer amerika kepada anggota mereka yang pernah terluka saat bertugas. Nah, dari sini mungkin udah jelas ya, ini film arahnya bakal kemana.


Luke and Cassie Purple Hearts


Jadi secara singkat, film ini bercerita tentang Cassie (Sofia Carson), si cewe pengidap diabetes yang jago nyanyi, yang dikemudian hari terpaksa "nikah bohongan" sama Luke (Nicholas Galitzine), seorang drug addict insyaf, yang kini jadi anggota navy. Usut punya usut, fake marriage mereka dilatar belakangi oleh apalagi kalau bukan masalah duit. Jadi nikah bohongan itu memungkinkan mereka untuk dapat tambahan income / benefit sekian ribu dollar, yang bakal dikasih tiap bulan oleh pemerintah buat anggota navy yang sudah menikah. Intinya win-win solution, Cassie butuh duit itu buat beli insulin, sedangkan Luke butuh duit buat bayar utang ke drug dealer.


Purple Hearts Scene


Jujur, 15 menit pertama nonton film ini, dari aku yang sebelumnya gak punya ekspektasi sama sekali, justru malah jadi punya ekspektasi lebih kalau film ini bakal bagus, mengingat "ide cerita" yang cukup menarik. Tapi kemudian, ekspektasiku buyar sepanjang sisa durasi film. Aku pikir, terlalu banyak scene yang dirasa nggak perlu, juga terkesan klise. Contohnya, cara pdkt yang terkesan basi, scene nyanyi difilm terlalu banyak, dan masih banyak lagi. Bahkan yang paling bikin aku gedek dari film ini tuh alurnya yang jungkat-jungkit, sehingga terasa kurang ngalir aja, penonton dipaksa mood swing, dari senang, dibawa ke scene sedih, gitu terus berulang-ulang. Cara mereka nyaji-innya itu bener-bener bikin penonton gak bisa menikmati.


Kesimpulannya, semakin ditonton, film ini terkesan biasa saja, gak ada yang begitu spesial, malah cenderung boring. Kalau menurut kalian gimana ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar